SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
“ANEMIA”
Disusun Oleh :
SOFYAN EKO FERDI HANSYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
"INSAN CENDEKIA MEDIKA"
JOMBANG
2010
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan berkat, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Anemia” ini dengan tidak ada halangan yang berarti.
Makalah ini kami susun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai Sistem Imun dan Hematologi. Selain itu, makalah ini kami susun juga untuk menuhi tugas dari dosen Sistem Imun dan Hematologi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap tegur sapa dan kritik yang membangun dari para pembaca guna perbaikan dan peningkatan untuk makalah selanjutnya.
Demikian kiranya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan pembaca pada khususnya.
Jombang, Oktober 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hat ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Seliap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal <_ I mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pads sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
B. Tujuan
- Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
- Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien anemia.
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Anemia adalah berkurangnya eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cell volume) dalam 100 ml darah.
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendah nya hitting sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
B. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hat ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Seliap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal <_ I mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pads sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
viskositas darah menurun
resistensi aliran darah perifer
penurunan transport 02 ke jaringan
hipoksia, pucat, lemah
beban jantung meningkat
kerja jantung meningkat
payah jantung
C. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
D. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1) Anemia aplastik
Penyebab:
· agen neoplastik/sitoplastik
· terapi radiasi
· antibiotic tertentu
· obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
· benzene
· infeksi virus (khususnya hepatitis)
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
Gangguan sel induk di sumsum tulang
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
Pansitopenia
Anemia aplastik
Gejala-gejala:
· Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
· Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat. Morfologis: anemia normositik normokromik
2) Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
· Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dll
· Hematokrit turun 20-30%
· Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
3) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
4) Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, all.)
gangguan eritropoesis
Absorbsi besi dari usus kurang
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
sel darah merah miskin hemoglobin
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
a) Atropi papilla lidah
b) Lidah pucat, merah, meradang
c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
5) Anemia megaloblastik
Penyebab:
· Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
· Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (ancia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu
Gangguan maturasi inti sel darah merah
Megalobias (eritroblas yang besar)
Eritrosit immatur dan hipofungsi
6) Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
· Pengaruh obat-obatan tertentu
· Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
· Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
· Proses autoimun
· Reaksi transfusi
· Malaria
Mutasi sel eritrosit / perubahan pada sel eritrosit
Antigesn pada eritrosit berubah
Dianggap benda asing oleh tubuh
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
Anemia hemolisis
Tanda dan Gejala
· Lemah, letih, lesu dan lemah
· Sering mengeluh pusing dan mata berkunang - kunang
· Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
· Gagal jantung,
· Parestisia dan
· Kejang.
Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
· Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B 12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
· Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
· Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
· Transplantasi sumsum tulang
· Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit (ATG)
2. Anemia pads penyakit ginjal
· Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
· Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pads defisiensi besi
· Dicari penyebab defisiensi besi
· Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
· Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
· Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 hares diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
· Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat I mg/hari, secara IM pads pasien dengan gangguan absorbsi.
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengajian Keperawatan
a. Usia anak: Fe II biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
Ø Pasca perdarahan
Ø Pada difisiensi zat besi
Ø Anemia hemolistik
Ø Anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormon renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine
h. Gangguan pada sistem saraf
Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan
j. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidak bergizi, Anak yang memakan sesuatu apa raja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA)
k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
l. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
Ø Hb
Ø Eritrosit
Ø Hematokrit
o. Program terafi, perinsipnya
Ø Tergantung berat ringannya anemia
Ø Tidak selalu berupa transfusi darah
Ø Mengulangkan penyebab dan mengurangi gejala
Nilai Normal Sel Darah
Jenis Sel Darah
1. Eritrosit (juta/mikro it) umur bbl 5,9 (4,1 - 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 - 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 - 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).
2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 - 24), 1 Tahun 12 (11 - 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 - 15), 8 - 12 Tahun 14 (13 - 15,5).
3. Leokosit (per mikro It) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 - 15), 5 Tahun 8000 (5 -13), 8 - 12 Tahun 8000 (5-12). Trombosit (per mikro It)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 - 12 Tahun 260.000
4. Hemotokrit (%O)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 - 12 Tahun 40.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
2) 2. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang stimulasi emosionallsensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
3) 3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
3. Rencana
1) Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
Rencana Tindakan:
a. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, posing, perubahan warna kulit, dan lainya
b. Bantu aktivitas dalam batas toleransi
c. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat
d. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
e. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2) Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat kurang stimulasi ernosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
Rencana Tindakan:
a. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum, sereal keying yang diperkaya zat besi
b. Berikan susu suplemen selelah makan padat
c. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk
d. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan cars berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk
e. Berikan multivitamin
f. Jangan berikan preparat Fe bersama susu
g. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau gelap
h. Monitor kadar Hb atau tanda klinks
i. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
j. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet
3) Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
Rencana Tindakan:
a. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis
b. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
c. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak
d. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
e. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan harapan anak mau menerima
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah. Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Anemia harus didiagnosis sedini mungkin karena anemia merupakan tanda yang mendasar dari beberapa penyakit. Penanganan pada Anemia harus dilakukan dengan tepat. Mempelajari dan membuat askep adalah tugas seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
B. Saran
Kami memiliki beberapa saran:
· Jagalah pola makan dan status gizi karena mengurangi resiko anemia.
· Mulailah menteksi diri sejak dini apakah anda menderita anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar